Sabtu, 21 April 2012

Membangun Keluarga Yang Shaleh

Mempunyai keluarga yang shaleh merupakan cita-cita semua orang. Untuk mewujudkannya butuh kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dari suami dan isteri. Berikut sejumlah keterangan dari Al Qur’an dan hadits tentang bagaimana dasar-dasar keluarga yang shaleh itu.
1. Selalu bersyukur saat mendapat nikmat
Kalau kita mendapat karunia dari Allah swt. berupa harta, ilmu, anak, dll., bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan tersebut supaya apa yang ada pada genggaman kita itu berbarakah.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur (atas segala nikmat yang diberikan), pasti Allah akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim 14 : 7)
2. Senantiasa bersabar saat ditimpa kesulitan
Semua orang pasti mengharapkan bahwa jalan kehidupannya selalu lancar dan bahagia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Sangat mungkin dalam kehidupan berkeluarga kita menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian; berupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dll. Nah, sabar merupakan fondasi yang harus kita bangun agar keluarga kita tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah .
“Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan Allah.” (Q.S. Lukman 31: 17)
3. Bertawakal saat memiliki rencana
Allah sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secara terencana. Nabi Muhammad saw. kalau mau melakukan sesuatu yang penting selalu bermusyawarah dengan para shahabatnya. Musyawarah merupakan bagian dari proses perencanaan. Alangkah indahnya apabila suami-isteri selalu bermusyawarah dalam merencanakan hal-hal yang dianggap penting dalam kehidupan berumah tangga, misalnya masalah pendidikan anak, tempat tinggal, dll. Kalau kita punya suatu rencana, jangan lupa hasilnya kita pasrahkan semua kepada Allah swt., itulah yang disebut tawakal.
“Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad (menghadapi suatu rencana) maka bertawakallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang bertawakkal.” (Q.S. Ali Imran 3: 159)
4. Bermusyawarah
Suami adalah leader atau pemimpin dalam rumah tangga. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan-keputusan strategis. Alangkah mulia kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajak bermusyawarah kepada isteri dan anak-anaknya dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikap otoriter, insya Allah hasil musyawarah itu akan lebih baik.
“…Dan segala persoalan, diputuskan dengan musyawarah di antara mereka…” (Q.S. Asy-Syuura 42 : 38)
5. Tolong menolong dalam kebaikan
Menurut Aisyah r.a., Rasulullah saw. sebagai suami selalu menolong pekerjaan isterinya. Beliau tidak segan untuk mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan wanita seperti mencuci piring/baju, menggendong anak, dll. Nah, kalau kita ingin membangun keluarga yang shaleh, maka suami harus berusaha meringankan beban isteri, begitu juga sebaliknya. Jadikan tolong menolong sebagai hiasan rumah tangga.
“Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran ….” (Q.S. Al-Maidah 4 : 2)
6. Senantiasa memenuhi janji.
Memenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang. Sedalam apapun ilmu kita, setinggi apapun kedudukan kita, tapi kalau sering menyalahi janji tentu orang tidak akan lagi percaya kepada kita. Bagaimana kita akan menjadi suami yang dihargai isteri dan anak-anak kalau kita sering menyalahi janji kepada mereka?
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah janji-janji.” (Q.S. Al-Maidah 4:1)
7. Segera bertaubat bila terlanjur melakukan kesalahan
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami atau isteri terjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila suami/istri melakukan kesalahan, hendaklah segera bertaubat dari kesalahan itu.
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S. Ali ‘Imran 3 : 135)
8. Saling Menasihati
Untuk membentuk keluarga yang shaleh, tentunya dibutuhkan sikap lapang dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihat ataupun memberikan nasihat kepada pasangannya.
“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati dalam hal kesabaran.” (Q.S. Al-’Ashr 103: 1-3)
9. Saling memberi maaf dan tidak segan untuk minta maaf kalau melakukan kekeliruan.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali ‘Imran 3 : 134)
10. Suami Istri selalu berprasangka baik
Suami-istri hendaknya selalu berprasangka baik terhadap pasangannya. Sesungguhnya prasangka baik akan lebih menentramkan hati, sehingga konflik dalam keluarga lebih dapat diminimalisir.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Hujurat 49 : 12)
11. Mempererat silaturrahmi dengan keluarga isteri atau suami.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat 49 : 13)
12. Melakukan ibadah secara berjamaah.
Dengan melaksanakan ibadah secara berjama’ah, ikatan batin antara suami-istri akan terasa lebih erat. Di samping itu, pahala yang dijanjikan Allah pun begitu besar.
“Shalat berjama’ah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada Shalat sendiri-sendiri.” (H.R. Mutafaq’Alaihi)
13. Mencintai keluarga isteri atau suami sebagaimana mencintai keluarga sendiri.
Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal mesti dijalankan oleh masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menghormati dalam rumah tangga.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya (keluarga, sahabat, dan sebagainya) seperti mencintai dirinya sendiri.”, (HR. Muslim)
14. Memberi kesempatan kepada suami atau istri untuk menambah ilmu
Kewajiban mencari ilmu melekat kepada siapa pun termasuk kepada suami isteri, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw.
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”, (HR. Muslim)
Apabila keempat belas hal di atas dikerjakan secara konsekuen oleh masing-masing pasangan, insya Allah akan tercipta keluarga yang menjadi penyejuk hati.
Wallahu A’lam

1 komentar: